Tafsir Ayat Dakwah: Kewajiban Berdakwah


BAB 1
PENDAHULUAN
A.        LATAR BELAKANG
Belajar bahasa berarti belajar kebudayaan, setiap Negara, bahkan kepulauan yang berbeda pastilah masing-masing mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda. Maka secara otomatispun akan menimbulkan bahasa yang beragam pula. Seperti halnya bahasa al-Qur’an. Sejak 14 abad yang lalu al-Qur’an yang bersifat universal telah diturunkan oleh Allah melalui NAbi Muhammad dari bangsa arab, dengan bahara arab itu pula. Yang menjadi persoalan disini, al-Quran oleh Allah SWT diturunkan untuk seluruh umat manusia yang mempunyai beragam kebudayaan maupun bahasa, sebagai contoh misalnya, terkadang ketika kita membaca al-Quran, ada beberapa ayat yang ketika kita membacanya, kita langsung mengerti maknanya, akan tetapi banyak pula ayat-ayat di dalam al-Quran yang ketika kita membacanya, sulit bagi kita untuk mengetahui isinya. karena itulah ulama mencari solusi untuk memahami isi kandungan al-Qur’an tersebut yang kemudian dinamakan pemaknaan/penafsiran al-Qur’an.
Dalam kaitanya dengan dunia dakwah, ilmu tafsir ini menjadi sangat penting untuk di pelajari dalam rangka memahami maksud-maksud ayat yang terkait dengan dakwah. Banyak orang yang menafsirkan ayat-ayat dakwah sesuai kemauan sendiri tanpa mengilmuinya, maka hasilnya pun malah berdampak fatal bagi umat islam sendiri. Karena kebanyakan dari mereka yang tidak memahami tafsir ayat dengan benar, pada akhirnya ia banyak beramal/berdakwah dengan anarki.
Akan tetapi banyak pula dikalangan manusia yang jahil tidak mengerti maksud-maksud isi dari setiap perintah yang ada di dalam al-Quran, pada akhirnya ia tidak menaruh kepedulian sama sekali terhadap kelangsungan ayat yang berkaitan dengan dakwah. Ia cenderung bersifat pasif tidak mau tahu dengan salah satu kewajiban bagi umat Islam.
Sejak awal mula dimulainya episode kehidupan di muka bumi ini, maka dimulailah pula episode perjalanan dakwah. Manusia pilihan yang diutus Allah SWT telah mengalami sepak terjang dakwah menghadapi kaumnya yang hidup bersama di masanya. Diawali dari Nabi Adam yang berdakwah meluruskan anak cucunya, berkembang biak menjadi sekelompok manusia, kemudian misi dakwah itu diteruskan kepada generasi-generasi Nabi pilihan yang hidup setelahnya. Tak jarang mereka mengalami hinaan, cacian, bahkan ancaman dan pembunuhan. Nabi Nuh yang berdakwah selama 950 tahun menghadapi kaumnya, Nabi Daud, Sulaiman, Musa, Isa, yang menghadapi kaum Bani Israil. Dan lain sebagainya yang ditutup risalah kerasulanya oleh Nabi dan Rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Berakhirnya masa kenabian setelah Nabi Muhammad SAW tersebut bukan berarti berakhirlah pula kegiatan dakwah, maka selanjutnya tugas amanah itu kemudian dibebankan kepada kaui muslimin khususnya para ulama’.
                Di sinilah pentingnya bagi kita sebagai calon penerus dakwah kepada masyarakat untuk betul-betul memahami dan mengilmui akan pentingnya dakwah di jalan yang benar sesuai petunjuk dan tuntunan al-Quran. Maka penting bagi kita untuk mempelajari tafsir dari ayat-ayat al-Qur’an.

B.        BATASAN MASALAH
Sesuai dengan jatah tugas yang diberikan kepada saya, maka dalam makalah ini penulis hanya akan menjabarkan beberapa tafsir yang terkait dengan ayat dakwah dari:
1.      Al-Qur’an Surah Al-Maidah ayat ke-67
2.      Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat ke-104

C.        RUMUSAN MASALAH
1.           Banyak ayat-ayat di dalam Al-Quran ketika kita membaca artinya, kita masih sulit memahaminya, termasuk kedua ayat yang tersebut dalam batasan masalah terkait dengan ayat dakwah.
2.           Apa sesungguhnya yang terkandung dalam kedua ayat tersebut?




D.        TUJUAN
                 Tujuan penulis dalam menyusun makalah ini antara lain:
1.           Untuk mengetahui arti dan tafsir dari QS. Al-Maidah ayat 67 dan QS. Ali imran ayat 104,
2.           Memahami isi dan maksud surat tersebut sehingga mengetahui hakekat dakwah, hukum berdakwah, dan hal-hal lain yang terkait dengan dakwah.

















BAB 2
PEMBAHASAN
E.        BEBERAPA AYAT AL-QURAN TERKAIT DENGAN PERINTAH BERDAKWAH
1.           QS. Al-Maidah ayat 67
$pkšr'¯»tƒ ãAqߧ9$# õ÷Ïk=t/ !$tB tAÌRé& šøs9Î) `ÏB y7Îi/¢ ( bÎ)ur óO©9 ö@yèøÿs? $yJsù |Møó¯=t/ ¼çmtGs9$yÍ 4 ª!$#ur šßJÅÁ÷ètƒ z`ÏB Ĩ$¨Z9$# 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw Ïöku tPöqs)ø9$# tûï͍Ïÿ»s3ø9$# ÇÏÐÈ
Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

2.           QS. Ali imran ayat 104
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ  
dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.








F.         TAFSIR
1.           Tafsir  per kata[1]
i          QS. Al-Maidah ayat 67
šøs9Î)
kepadamu
tAÌRé&
diturunkan
!$tB
apa yang
õ÷Ïk=t/
sampaikanlah
ãAqߧ9$#
Rasul
(Muhammad)
$pkšr'¯»tƒ
Wahai
$yJsù
maka tidak
ö@yèøÿs?
engkau kerjakan (perintah itu)
óO©9
tidak
bÎ)ur
dan jika
7Îi/¢
Tuhanmu penciptamu
`ÏB
Dari
Ĩ$¨Z9$#
(kejahatan) manusia
z`ÏB
dari
šßJÅÁ÷ètƒ
Dia menjagamu
ª!$#ur
dan Allah
¼çmtGs9$yÍ
(semua)
Risalah-Nya
|Møó¯=t/
engkau menyampaikan
ûï͍Ïÿ»s3ø9$#
orang-orang yang kafir
tPöqs)ø9$#
(kepada) kaum
Ïöku t
Dia member petunjuk
Ÿw
tidak
©!$#
Allah
¨bÎ)
Sungguh











ii       QS. Ali imran ayat 104
n<Î)
kepada
tbqããôtƒ
yang mereka menyeru
p¨Bé&
(ada)
Umat
öNä3YÏiB
di antara kalian
`ä3tFø9ur
dan jadilah
Ç`tã
dari

tböqyg÷Ztƒur
dan mereka mencegah
Å$rã÷èpRùQ$$Î/
untuk berbuat kebaikan
tbrããBù'tƒur
dan mereka menyuruh
ÎŽösƒø:$#
kebaikan/islam

cqßsÎ=øÿßJø9$#
orang-orang yang beruntung
Nèd
mereka adalah
7Í´¯»s9'ré&ur
dan mereka itu
         ̍s3YßJø9$#
yang mungkar

2.           Tafsir  per kalimat[2]
i          QS. Al-Maidah ayat 67
ã õ÷Ïk=t/Aqߧ9$#$pkšr'¯»tƒ
(hai Rasul, sampaikanlah) semua
!š y7Îi/¢`ÏBøs9Î) tAÌRé&$tB
(yang diturunkan kepadamu dari TuhanMu) dan janganlah kamu sembunyikan sesuatu pun dari padanya karena takut akan mendapatkan hal-hal yang tidak diinginkan
ó@yèøÿs?O©9 öbÎ)ur
(dan jika tidak kamu lakukan) tidak kamu sampaikan semua yang diturunkan kepadamu itu
| çmtGs9$yÍ Møó¯=t/$yJsù
(berarti kamu tidak menyampaikan risalat-Nya) “Risalat” dengan tunggal atau jamak, karena menyembunyikan sebagian berarti menyembunyikan semuanya
¨$¨Z9$# `ÏBßJÅÁ÷ètƒª!$#ur
(dan Allah memeliharamu dari Manusia) agar tidak sampai membuhuhmu. Pada mulanya Rasulullah SAW itu dikawal sampai turun ayat ini, lalu sabdanya: “pergilah, karena sesungguhnya Allah memeliharaku!” Riwayat Hakim
ûï͍Ïÿ»s3ø9$#tPöqs)ø9$#Ïöku Ÿw©!$#¨bÎ)
(sesungguhnya Allah tidak memberikan bimbingan kepada kaum yang kafir)

ii       QS. Ali imran ayat 104
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$#

(hendaklah ada di antara kamu satu golongan yang menyeru kepada kebaikan) ajaran Islam
tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd
(dan menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar. merekalah) yakni orang-orang yang menyeru, yang menyuruh dan melarang tadi
šcqßsÎ=øÿßJø9$#
(orang-orang yang beruntung) atau bahagia. “min” di sini untuk menunjukkan “sebagian” karena apa yang diperintahkan itu merupakan fardhu kifayah yang tidak mesti bagi seluruh umat dan tidak pula layak bagi setiap orang, misalnya orang yang bodoh.


3.           Pembahasan Tafsir Secara Umum
i          QS. Al-Maidah ayat 67
Ayat  ini memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW menyampaikan apa yang telah diturunkan kapadanya tanpa menghiraukan besarnya tantangan di kalangan Ahli Kitab, orang musyrik dan orang –orang fasik.
Ayat ini menganjurkan kepada kapada Nabi Muhammad  agar tidak perlu takut menghadapi gangguan dari mereka dalam membentangkan rahasia keburukan tingkah laku mereka itu karena Allah akan menjamin akan memelihara Nabi Muhammad dari gangguan, baik masa sebelum hijrah oleh kaum Quraisy maupun sesudah hijrah oleh orang Yahudi. Apa yang telah diturunkan oleh Allah kepada Muhammad adalah amanat yang wajib disampaikan seluruhnya kepada manusia. Menyampaikan sebagian saja dari amanat-Nya dianggap sama dengan tidak menyampaikan sama sekali. Demikian kerasnya peringatan Allah kepada Muhammad. Hal tersebut menunjukkan bahwa tugas menyampaikan amanat adalah kewajiban Rasul. Tugas penyampaian tersebut tidak boleh ditunda meskipun penundaan dilakukan untuk menunggu kesanggupan manusia untuk menerimanya karena masa penundaan itu dapat dianggap sebagai suatu tindakan penyembunyian terhadap amanat Allah
Ancaman terhadap penyembunyian sebagian amanat Allah sama kerasnya dengan ancaman terhadap sikap seseorang yang beriman kepada sebagian rasul saja dan beriman kepada sebagian ayat Al-Quran saja. Meskipun seorang rasul bersifat maksum yakni terpelihara dari sifat tidak menyampaikan, namun ayat ini menegaskan bahwa tugas menyampaikan amanat adalah kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar atau ditunda-tunda meskipun menyangkut pribadi Rasul sendiri seperti halnya yang kemudian terjadi antara Zainab binti Jahsy dengan Nabi Muhammad sebagaimana yang diuraikan dalam al-Ahzab/33:37:
øŒÎ)ur ãAqà)s? üÏ%©#Ï9 zNyè÷Rr& ª!$# Ïmøn=tã |MôJyè÷Rr&ur Ïmøn=tã ô7Å¡øBr& y7øn=tã y7y_÷ry È,¨?$#ur ©!$# Å"øƒéBur Îû
šÅ¡øÿtR $tB ª!$# ÏmƒÏö7ãB Óy´øƒrBur }¨$¨Z9$# ª!$#ur ,ymr& br& çm9t±øƒrB (
 dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu Menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti.
Dalam hubunganini Aisyah dan Anas berkata, “Kalaulah kiranya Nabi Muhammad akan menyembunyikan sesuatu dalam Al-Qur’an, tentu ayat inilah yang disembunyikannya.” Dari keterangan ‘Aisyah dan Anas ini jelaslah peristiwa yang kemudian terjadi antara Zainab binti Jahsy dengan Zaid ialah perceraian yang berkelanjutan dengan berlakunya kehendak Allah yaitu menikahkan Zainab dengan Nabi Muhammad. Hal tersebut tidak dikemukakan oleh Nabi Muhammad kepada Zaid ketika ia mengadukan peristiwanya kepada NAbi Muhammad padahal beliau sudah mengetahuinya dengan perantaraan wahyu. Nabi Muhammad SAW, menyembunyikan hal-hal yang diketahuinya sesuai dengan kesopanan decamping menghindarkan tuduhan-tuduhan yang dilancarkan oleh golongan orang-orang munafik. Meskipun demikian Nabi Muhammad masih juga menerima kritik Allah seperti diketahui pada ayat dalam surah al-Ahzab tersebut.
Tegasnya, ayat 67 ini mengancam orang-orang yang menyembunyikan amanat Allah sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
¨bÎ) tûïÏ%©!$# tbqßJçFõ3tƒ !$tB $uZø9tRr& z`ÏB ÏM»uZÉit7ø9$# 3yçlù;$#ur .`ÏB Ï÷èt/ $tB çm»¨Y¨t/ Ĩ$¨Z=Ï9 Îû É=»tGÅ3ø9$#   y7Í´¯»s9'ré& ãNåkß]yèù=tƒ ª!$# ãNåkß]yèù=tƒur šcqãZÏ軯=9$# ÇÊÎÒÈ  
Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati,(QS: Al-Baqarah: 159)
            Sejalan dengan ancaman Al-Qur’an ini, Nabi Muhammad bersabda mengingatkan orang-orang yang menyembunyikanilmu pengetahuan:

Barang siapa ditanya tentang sesuatu ilmu pengetahuan ia disembunyikanya maka ia akan dikekang pada hari kiamat dengan kekangan dari api neraka. (Riwayat Abu Daud, at-Tirmizi dari Abu Hurairah).
Selanjutnya akhir ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak akan member petunjuk kepada orang-orang kafir yang mengganggu Nabi Muhammad dan pekerjaan mereka itu pastilah sia-sia karena Allah tetap melindungi NabiNya dan tetap akan meninggikan kalimat-Nya.[3]

ii       QS. Ali imran ayat 104
Untuk mencapai maksud tersebut perlu adanya segolongan umat Islam yang bergerak dalam bidang dakwah yang selalu memberi peringatan, bilamana tampak gejala-gejala perpecahan dan penyelewengan. Karena itu pada ayat ini diperintahkan agar di antara umat Islam ada segolongan umat yang terlatih di bidang dakwah yang dengan tegas menyerukan kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf (baik) dan mencegah dari yang mungkar (maksiat). Dengan demikian umat Islam akan terpelihara dari perpecahan dan infiltrasi pihak manapun.
Menganjurkan berbuat kebaikan saja tidaklah cukup tetapi harus dibarengi dengan menghilangkan sifat-sifat yang buruk. Siapa saja yang ingin mencapai kemenangan, maka ia terlebih dahulu harus mengetahui persyaratan dan tak-tik perjuangan untuk mencapainya, yaitu kemenangan tidak akan tercapai melainkan dengan kekuatan, dan kekuatan tidak akan terwujud melainkan dengan persatuan. Persatuan yang kukuh dan kuat tidak akan tercapai kecuali dengan sifat-sifat keutamaan.tidak terpelihara keutamaan itu melainkan dengan terpeliharanya agama dan akhirnya tidak mungkin agama terpelihara melainkan dengan adanya dakwah. Maka kewajiban pertama umat Islam itu ialah menggiatkan dakwah agar agama dapat berkembang baik dan sempurna sehingga banyak pemeluknya.
Dengan doronganagama akan tercapailah bermacam-macam kebajikan sehingga terwujud persatuan yang kukuh kuat. Dari persatuan yang kukuh kuat tersebut akan timbullah kemampuan yang besar untuk mencapai kemenangan dalam setiap perjuangan. Mereka yang memenuhisyarat-syarat perjuangan itulah orang-orang yang sukses dan beruntung 
BAB 3
PENUTUP
A.        KESIMPULAN
Dari penjelasan tafsir di atas, maka kita dapat mengambil beberapa poin kesimpulan antara lain:
1.      Di larang bagi kita menyembunyikan sesuatu yang telah jelas kebenaranya,apabila kita telah mengetahuinya. Meskipun hal itu pahit, maka kita tetap diwajibkan untuk menyampaikanya/mendakwahkanya.
2.           Dakwah dalam persepsi tafsir di atas hukumnya adalah fardhu kifayah, artinya orang yang berilmulah yang wajib berdakwah, bukan orang yang bodoh.
3.            Untuk mencapai kekuatan umat islam dalam perjuangan menegakkan agamanya hendaklah memperkuat barisan dakwah yang akan memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, menganjurkan berbuat kebaikan, dan mencegah dari kemungkaran untuk mengantarkan umat ke gerbang kebahagiaan.

B.        SARAN
Penulis memberikan saran khususnya kepada para kaum muslimin bahwa:
1.           Janganlah pernah kita lekang dalam rangka memperjuangkan amanat dakwah ini, teruslah perbanyak ilmu, pelajari Islam secara mendalam, dan sampaikan apa yang telah kita pelajari kepada seluruh umat manusia. Umat telah menentikan kita semua, umat membutuhkan kita semua.
2.           Sebisa mungkin hindarilah perpecahan, kare amanat yang sangat besar ini tak akan mampu dipikul dengan kekuatan yang kecil, sedangkan kekuatan yang besar hanya akan didapat dengan adanya persatuan.


 DAFTAR PUSTAKA
1.      Departemen Agama RI, Al Quran Tafsir per Kata Tajwid Kode Angka Alhidayah, Penerbit Kalim, Banten, 2011.
2.      Departemen Agama RI, Al Quran dan Tafsirnya, Percetakan Ikrar Mandiri, Jakarta, 2010.
3.      Imam Jalalud-din Al-Mahalliy dan Imam Jalalud-din As-Suyuthi, Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul ayat, Penerbit Sinar Baru, Bandung, 1990.




[1] Al-Hidayah: (Hal.64 dan 120).
[2] Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul Ayat: (Hal. 258-259 dan 482-483)
[3] Al-Quran dan tafsirnya, Departemen Agama RI
[4] Al-Quran dan tafsirnya, Departemen Agama RI

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan