BAB I
PENDAHULUAN
A.
Profil
Organisasi
Aktivis Dakwah Sekolah merupakan sebuah
Organisasi Siswa yang bergerak dalam bidang dakwah Islam yang ada di SMK Negeri
2 Temanggung. Organisasi ini berdiri pada tahun 2005 sebagai satu-satunya
organisasi yang berfungsi sebagai wadah kegiatan keislaman di SMK Negeri 2
Temanggung. Secara structural, organisasi ini bergerak di bawah naungan OSIS
(Organisasi Siswa Intra Sekolah) sebagai organisasi resmi yang diakui
keberadaanya oleh Dinas Pendidikan di Indonesia. Meskipun dalam pelaksanaanya,
di awal pendirianya hingga masa generasi ke-3 ADS bergerak secara independen
tanpa campur tangan dari OSIS.
Hingga saat ini, Organisasi ADS telah
mengalami regenerasi sebanyak 7 kali dimana kemajuan-kemajuan yang dicapai
dalam organisasi tersebut dari tahun-ke tahun
terlihat cukup signifikan. Terbukti dari bukti dokumen administrative
yang semakin berkembang dan dinamis, juga terlihat dari iklim Sekolah yang
akrab dengan nuansa Islam di dalamya.
Dalam masa perjalanan 8 tahun tentunya
organisasi ini pernah mengalami konflik-konflik sebagai bagian dari sesuatu
yang tidak dapat terhindarkan dalam sebuah organisasi. Untuk mengetahui
gambaran dari konflik yang dialami organisasi tersebut, peneliti menyajikan
data tentang sejarah iklim organisasi ADS dari massa pendirian hingga sekarang.
NO
|
ANGKATAN
(Tahun Ajaran)
|
KETUA
|
PEMBINA
|
GAMBARAN
UMUM
|
1
|
2005/2006 sampai 2006/2007
|
Anas Arifudin
|
Drs. Muh Sinwan
|
Pada massa ini, Organisasi ADS
masih bernama MT (Majelis Ta’lim) yang beranggotakan 10 orang. nama MT
bertahan hingga generasi ke-2 dari Organisasi ini. Peran Pembina pada
angkatan ini masih mendominasi.
|
2
|
2007/2008
|
Muttaqin
|
Drs Muh Sinwan
|
Perubahan nama organisasi dari
MT menjadi ADS terjadi pada angkatan ke-2 dengan anggota yang bertambah
menjadi 20 orang. Pada generasi ini Pembina juga berperan aktif terlibat di
dalamnya.
|
3
|
2008/2009
|
Ahmad Fauzi
|
Drs. Muh Sinwan
|
Perkembangan organisasi pada
angkatan ini juga terlihat semakin signifikan, anggota bertambah menjadi 25
Orang , peran Pembina juga masih terlihat besar.
|
4
|
2009/2010
|
Muhammad Irfan
|
Drs. Muh Sinwan
|
Perkembangan pada angkatan ini
sangat signifikan. Jumlah anggotanya meledak hingga mencapai 95 orang,
fasilitas Organisasi dan Masjid juga semakin bertambah, namun peran Pembina
sedikit melemah.
|
5
|
2010/2011
|
Agus Miyanto
|
Drs. Muh Sinwan
|
Pada angkatan ini tidak jauh
berbeda dengan sebelumnya dimana perkembangan-perkembangan organisasi juga
semakin meningkat, jumlah anggota juga masih bertahan di angka 95 orang,
namun peran Pembina terlihat semakin melemah
|
6
|
2011/2012
|
Setyo Utomo
|
Drs. Muh Sinwan
|
Gambaran umum pada angkatan ini
juga masih sama, selain peran Pembina yang sem melemah, organisai ini
dikembalikan pada struktur institusional semula dimana pergerakan organisasi
ini dibatasi oleh wewenang OSIS
|
7
|
2012 hingga sekarang
|
Muhammad Nur Fatoni
|
Drs. Muh Sinwan
|
Peran Pembina sangat melemah,
bahkan sama sekali hamper tidak ada, dan dalam wacana saat ini bahwa Pembina
akan digantikan.
|
B. Visi dan Missi
Visi
Menciptakan
suasana Islami di lingkungan SMK Negeri 2 Temanggung sebagai basic pendukung
dalam mewujudkan visi SMK Negeri 2 Temanggung
Missi
1. Mencetak
kader dakwah yang kompeten secara kontinyu dan berkesinambungan
2. Menanamkan
pola pikir semangat keislaman kepada seluruh warga SMK Negeri 2 Temanggung
dengan mengadakan kegiatan-kegiatan bernuansa Islami
3. Memberikan
fasilitas belajar Islam pendukung kepada warga SMK Negeri 2 Temanggung
4. Bersinergi
dalam upaya membangun kekuatan dakwah dengan organisasi lain baik dalam
internal maupun eksternal sekolah
C.
Rumusan
Masalah
Terlihat dalam gambaran profil di atas, yang menjadi
pertanyaan dalam rumusan massalah antara lain:
1. Mengapa
sejak angkatan ke-4 hingga sekarang peran Pembina cenderung melemah bahkan
nyaris ada wacana untuk digantikan?
2. Adakah
indikasi dalam masalah tersebut adalah dampak dari kewenangan OSIS yang kembali
masuk di dalamnya?
3. Apakah
dampak dari konflik yang terjadi terhadap kelangsungan organisasi tersebut?
D.
Batasan
Masalah
Setelah menganalisa beberapa rumusan masalah di
atas, maka dalam penelitian ini penulis akan menyajikan jawaban dari beberapa
pertanyaan di atas.
1. Konflik
yang terjadi dalam organisasi tersebut dan proses konflik itu terjadi.
2. Pengaruh
dari organisasi lain terkait dengan konflik yang terjadi.
3. Dampak
yang terjadi akibat konflik terhadap kelangsungan Organisasi
E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti merupakan anggota
dari Organisasi tersebut pada generasi ke-4 di tahun ajaran 2009/2010 yang
terlibat langsung dalam permasalahan. Sehingga metode penelitian yang peneliti
gunakan adalah Observasi atau pengamatan secara langsung.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konflik
dan Proses Terjadinya
Peneliti telah menganalisa bahwa konflik yang
terjadi dalam organisasi ADS ini dapat dipetakan dalam sebuah skema sebagai berikut:
Pihak
I
Pembina
ADS
(cenderung
kepada NU)
|
Pihak II
Seorang Guru di SMK N 2 Tmg
(cenderung kepada Muhammadiyah)
|
Pihak
IV
Ketua
ADS angkatan 2009/2010
|
Pihak
III
Pembina
OSIS
|
2. pihak
II mempengaruhi pihak III dan IV, dan pihak III dan IV terpengaruh
|
1.
Pihak II berbeda
pendapat dengan pihak I
|
3. Pihak III dank e IV kontra dengan pihak I
|
Keterangan:
Dari bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa masalah
yang terjadi dalam organisasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Terjadi
kesenjangan pendapat dari pihak II karena tidak setuju dengan sebagian program
kerja yang ada di ADS karena menurutnya ADS pada saat itu masih banyak
melakukan syariat-syariat bid’ah (dalam bahasa Arab yang artinya suatu amalan
ibadah baru yang tidak ada tuntunanya dalam Islam), sehinggahal itu harus
diluruskan.
2. Dalam
merealisasikan keinginanya tersebut, pihak II perlahan mempengaruhi pihak III
dan IV dengan memberikan argumentasi-argumentasi yang mendukung pendapatnya
3. Pihak
III dan ke IV terpengaruh dengan argumentasi yang diberikan pihak II yang
akhirnya mereka mendukung pendapat pihak II.
4. Pihak
I yang semakin terpojok oleh ke-3 pihak yang terkait akhirnya merasa dirinya
tidak mendapat tempat lagi dalam organisasi tersebut. Reaksi tersebut
dituangkan dengan sikap yang malas dan selalu tidak mau memenuhi undangan dalam
rapat,
5. Pihak
IV yang terpengaruh akhirnya sedikit demi sedikit menunjukkan pembangkanganya
atas beberapa kegiatan yang diusulkan pihak I sebagai pembinanya,
6. Pihak
III yang mendukung pihak II mengusulkan sebuah kebijakan bahwa secara
structural organisasi ADS harus kembali dalam tata aturan resmi bahwa setiap
kegiatan yang diadakan harus atas persetujuan OSIS,
7. Pihak
I yang semakin terpojok mau tidak mau tetap mempertahankan dirinya sebagai
Pembina sebelum ada guru penggganti yang menggantikanya, karena dalam aturanya
organisasi ADS harus dibina oleh guru yang mengajar mata pelajaran Agama Islam
di sekolah tersebut,
8. Seiring
dengan datangnya guru baru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam saat ini
sehingga timbulah sebuah wacana untuk menggantikan posisi Pembina yang lama.
Sebuah teori yang dikemukakan Prof. Dr. Khomsahrial
Romli dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi Lengkap (2011) mengemukakan
bahwa:
Kecenderungan
konflik yang bergerak melalui tahapan-tahapan tertentu, tetapi tidak selalu
mengikuti pola-pola linier. Dengan demikian, konflik tidak ststis tetapi
dinamis dan melalui beberapa tahapan. Tosi, etal. (1990-519) menggabungkan
beberapa model proses konflik dari Pondy, Filley, Hikson, et al., dan Thomas,
tertera pada gambar sebagai berikut:
1.
Permulaan
konflik (antecedent of conflict) merupakan kondisi-kondisi yang menyebabkan
atau mendahului suatu peristiwa konflik. Dalam kasus di atas, konflik bermula
dari ketidak sesuaian pendapat dari pihak II terhadap beberapa kegiatan ADS
yang menurutnya kegiatan yang diadakan mengandung unsur bid’ah.
2.
Pada tahab
berikutnya kedua belah pihak merasakan adanya konflik (perceived conflict).
Ditempat kerja tercipta suasana persaingan, sehinggan dalam situasi ini
menimbulkan ketidak nyamanan di dalam forum guru.
3.
Perilaku yang
Nampak (manifest behavior). Individu ataupun kelompok menanggapi atau
mengambil tindakan. Perilaku selanjutnya ditampakkan oleh pihak II untuk
mencari pendukung atas argumenya kepada pihak-pihak yang terkait, seperti pihak
III dan ke IV dengan menyampaikan argument-argumenya. Pihak II pun berhasil
mencari pendukung dalam mempertahankan pendapatnya sehingga pihak I merasa
terpojokkan dan memilih diam, tidak mau campur tangan lagi dengan kegiatan di
ADS.
4.
Pengelolaan
konflik (conflict resolution). Pimpinan (manager) bertanggung
jawab terhadap pengelolaan konflik yang terjadi dalam sebuah organisasi.
Pihak
IV sebagai ketua ADS saat itu juga tidak tinggal diam, mereka bersama anggota
organisasinya kemudian mengadakan rapat mencari solusi yang hendak dicapai
untuk menanggulangi konflik yang terjadi. Ketua berusaha mengkomunikasikan
kepada pihak I dan ke-II supaya bisa mencapai kesepakatan.
5.
Dampak konflik (conflict
effect conflict impact), konflik yang tidak dapat dikelola dengan baik
dapat menyebabkan kedua belah pihak yang terlibat dalam konflik menjadi tidak
harmonis dalam hubungan kerjanya, kurang termotivasi dalam bekerja, dan
berakibat menurunya produktivitas kerja. Bila konflik dapat dikelola secara
baik, suasana menjadi dinamis, setiap anggota lebih kritis (critical)
terhadap perkembangan organisasi, setiap kelompok berusaha melakukan pekerjaan
terbaik untuk kepentingan bersama (organisasi). Situasi konflik dalam ADS
mengenai dampak akan dibahas pada bab selanjutnya.
B. Pengaruh organisasi lain atas konflik yang terjadi
Karena pihak III sebagai Pembina dalam organisasi
OSIS akhirnya terpengaruh atas argumentasi dari pihak II, maka berdampaklah
pada sebuah tanggapan yang kritis terhadap organisasi ADS, sehingga muncullah
kebijakan bahwa OSIS membentuk dewan musyawarah
antar organisasi yang ada di SMK Negeri 2 Temanggung yang bisa memberikan
wewenang untuk menyetujui atau menolak setiap kegiatan siswa yang dilakukan di
setiap organisasi yang ada di SMK Negeri 2 Temanggung.sehingga wewenang OSIS
sebagai penaung ADS kembali berperan secara kritis setelah sebelumnya peran itu
tidak begitu mendominasi.
C. Dampak yang Terjadi Akibat Konflik terhadap
Kelangsungan Organisasi
Secara
umum, dampak yang ditimbulkan atas konflik yang terjadi antara lain:
1. Munculnya
ketidak nyamanan antara Pembina ADS dan organisasi yang dibinanya, sehingga
menyebabkan lemahnya Pembina dalam mengurusi ADS.
2. Munculnya
perspektif kebanyakan orang (warga SMK Negeri 2 Temanggung) bahwa ADS adalah
organisasi Muhammadiyah. Padalah hal ini sangat bertentangan terhadap fungsi
ADS itu sendiri yang bisa dilihat dalam visi dan missi.
3. Munculnya
perspektif negative dari anggota ADS itu sendiri yang akhirnya menyebabkan
beberapa anggota yang memilih mengundurkan diri.
4. Kendati
organisasi ADS ini masih berlangsung keeksistensianya, namun akibat dari
konflik tersebut ruang gerak bagi ADS untuk mengembangkan program-programnya
semakin sempit dengan aturan procedural yang akhirnya telah ditetapkan.
5. Munculnya
wacana baru untuk menggantikan Pembina lama seiring dengan adaya guru baru yang
mengajar Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Temanggung.
BAB
III
PENUTUP
Keberadaan konflik dalam sebuah organisasi tidak
dapat dihindarkan, dengan kata lain bahwa konflik selalu hadir dan tidak dapat
dielakkan. Konflik sering muncul dan terjadi pada setiap organisasi. Yang terpenting
bagi sebuah organisasi adalah bagaimana menyikapi sebuah konflik itu, kemudian
mencari solusi terbaik sehingga dampak dari konflik tersebut dapat
diminimalisir atau bahkan dihilangkan.
Peneliti memberikan saran, bahwa tidak seharusnya konflik semacam yang terjadi di organisasi ADS SMKN 2 Temanggung itu berlalu dengan panjang tanpa adanya penyelesaian. Semua pihak seharusnya mendukung terhadap upaya mencari jalan keluarnya baik pihak yang bersangkutan ataupun pihak-pihak yang terkait dengan organisasi.
Banyak jalan supaya bisa mencapai penyelesaian. Salah satunya dengan metode dialog yang ditengahi secara langsung oleh kepala sekolah atau pihak-pihak yang lain dengan melibatkan semua orang atau kelompok yang terlibat di dalamnya.
Perbedaan pemahaman terhmasalah furu’iyah (pemahaman agama beraitan dengan fiqih) seharusnya jangan menjadikan pemicu adanya konflik. Dan perbedaan semacam ini seharusnya kita perlu menilik kembali hakekat toleransi di dalam ajaran Islam ini.
Peneliti memberikan saran, bahwa tidak seharusnya konflik semacam yang terjadi di organisasi ADS SMKN 2 Temanggung itu berlalu dengan panjang tanpa adanya penyelesaian. Semua pihak seharusnya mendukung terhadap upaya mencari jalan keluarnya baik pihak yang bersangkutan ataupun pihak-pihak yang terkait dengan organisasi.
Banyak jalan supaya bisa mencapai penyelesaian. Salah satunya dengan metode dialog yang ditengahi secara langsung oleh kepala sekolah atau pihak-pihak yang lain dengan melibatkan semua orang atau kelompok yang terlibat di dalamnya.
Perbedaan pemahaman terhmasalah furu’iyah (pemahaman agama beraitan dengan fiqih) seharusnya jangan menjadikan pemicu adanya konflik. Dan perbedaan semacam ini seharusnya kita perlu menilik kembali hakekat toleransi di dalam ajaran Islam ini.
[1] Prof.
Dr. Khomsahrial Romli, M. Si, Komunikasi Organisasi Lengkap, (Jakarta :
Grasindo, 2011) hlm.109
0 komentar:
Posting Komentar