Pendahuluan
Media
mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kaitanya dengan kehidupan masyarakat. Media dikenal
sebagai sebuah sistem yang dituduh dapat memeberikan
pengaruh besar dalam masyarakat. Tanpa disadari, baik disengaja maupun tidak,
dampak media baik dari sisi negative maupun positifnya tidak akan dapat
terhindarkan. Media tak akan lepas dengan kehidupan masyarakat. Shierlay Biagi,
dalam bukunya yang berjudul Media/Impack mengatakan bahwa: “orang dewasa
saat ini menghabiskan lebih dari setengah waktu mereka dengan media saat mereka
terbangun lebih lama dari waktu tidur. Setiap hari rata-rata setiap orang
menghabiskan waktu lebih banyak dengan media daripada tidak bermedia”. Kenyataan inilah yang memungkinkan bisa menjadi alasan untuk
membenarkan sebuah pernyataan bahwa medialah yang menguasai pola pikir
masyarakat, medialah yang membentuk karakter masyarakat. Media mampu menentukan
tema dalam interaksi sosial masyarakat. Apa yang dibicarakan di dalam media,
itu pula yang menjadi topik perbincangan dalam masyarakat. Bahkan disadari atau
tidak, media juga mampu mempengaruhi gaya hidup dalam masyarakat. Tanpa
memperdulikan aspek-aspek kebudayaan. Seolah-olah kedudukan media akan semakin
menyisihkan kebudayaan yang ada dalam masyarakat. Contohnya bisa kita lihat
dalam realita masyarakat tentang mode pakaian yang dikenakan anak muda sesuai
dengan perkembangan jaman. Hampir sebagian besar mereka mengikuti mode-mode
yang disajikan dalam media.
Televisi, adalah sebuah media yang tergolong paling
unik dalam sejarah penemuan media saat ini. Jalur komunikasi yang memadukan dua
unsur yaitu audio dan visual membuat media ini lebih mudah untuk dinikmati
dibandingkan dengan media yang lain yang hanya memadukan satu jalur komunikasi
saja. Misalnya koran yang hanya bisa dinikmati dengan kemampuan mata untuk
membacanya, atau radio yang hanya bisa kita nikmati dengan kemampuan
mendengarkan saja. Sedangkan televisi,
memberikan kelebihan dibanding dengan media yang lain antara lain:
1. Televisi dapat dinikmati dengan mudah. Televisi
seolah-olah menjadi wakil mata pemirsa yang langsung bisa melihat kenyataan
tanpa harus berimajinasi seperti kita membaca koran ataupun ketika kita
mendengarkan radio.
2. Jangkauan pemirsa dalam televisi lebih banyak
ketimbang media yang lain. Karena televisi dapat dinikmati aksesnya oleh semua
kalangan baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun lanjut usia.
3. Televisi adalah media yang relatif murah dibanding
media yang lain. Untuk menoton film, masyarakat tak perlu lagi berbondong-bondong
pergi ke bioskop, tetapi cukup bisa melihat melelui televisi. Televisi tidak
perlu berlangganan untuk mengakses cenel nasional yang telah disediakan.
Berbeda dengan koran atau internet yang harus mengeluarkan uang ketika kita
akan menikmatinya.
4. Televisi adalah media yang luas jangkauanya. Semua
kalangan hingga ke pelosok negeri telah mengenal media televisi ini dalam
kehidupan sehari-harinya.
5. Televisi tak hanya mampu menyalurkan informasi saja
sebagai fungsi media, akan tetapi televisi mempunyai kemampuan lebih untuk
menyajikan acara hiburan dibandingkan dengan media yang lainya.
Itulah yang menjadi alasan mengapa media ini memberikan peranan yang
lebih besar dalam mempengaruhi masyarakat dibandingkan dengan media yang lain.
Bahkan dalam beberapa
teori komunikasi, banyak disinggung tentang media dan televisi yang saya
ringkaskan dari sebuah buku yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi Analisis
dan Aplikasi, karangan Richard West (2008) antara lain:
1. Analisis Kultivasi
Analisis kultivasi adalah sebuah teori yang
memprediksikan dan menjelaskan formasi dan pembentukan jangka panjang dari
persepsi, pemahaman, dan keyakinan mengenai dunia sebagai akibat dari konsumsi
pesan-pesan media. Realitas sosial dipicu oleh media dan bahkan mungkin
diciptakan dan dipertahankan oleh media. Kebanyakan dari apa yang kita ketahui,
atau kita pikir kita ketahui sebenarnya tidak pernah kita alami sendiri secara
pribadi. Kita mengetahui hal-hal ini karena adanya cerita-cerita yang kita
lihat dan dengar dari media.
Dalam teori yang dikembangkan oleh Gebner ini, dia
mengadakan sebuah penelitian seberapa besar pengaruh televisi yang menampilkan
kekerasan dengan kekerasan yang terjadi di dunia nyata. Tugas gerbner adalah
untuk menghasilkan indeks kekerasan (violence index) yaitu Analisis isi tahunan
terhadap pemrograman jaringan prime time untuk menilai jumlah kekerasan yang
ditampilkan. Contoh hasil indeks tahun 1982 yaitu “kejahatan yang ditunjukkan
dalam prime time di TV paling sedikit 10x lebih tidak terbendung dibandingkan
didunia nyata dan rata-rata sampai 5-6 adegan kekerasan fisik yang
terang-terangan pada tiap jamnya yang melibatkan lebih dari setengah jumlah
para lakon utama”.
Asumsi analisis kultivasi
Dalam mengemukakan posisi bahwa realitas yang
dimediasi menyebabkan konsumen memperkuat realitas sosial mereka, analisis
kultivasi membuat eberapa asumsi. Karena teori ini dari dulu hingga sekarang
merupakan teori yang didasarkan pada televisi, ketiga asumsi berikut ini menyatakan
hubungan antara media (televisi) dengan budaya:
a. Televisi secara esensi dan fundamental, berbeda dengan
bentuk-bentuk media massa lainnya.
Asumsi pertama
ini menggarisbawahi keunikan televisi yang telah saya sebutkan di atas tadi,
Televisi merupakan “senjata budaya utama” dari budaya kita.
b. Televisi membentuk cara berpikir dan membuat kaitan
dengan media kita. Analisis kultivasi tidak menyatakan mengenai apa yang akan
kita lakukan berdasarkan menonton televisi yang penuh dengan kekerasan,
melainkan teori ini mengansumsikan bahwa menonton televisi yang penuh dengan
kekerasan akan membuat kita merasa takut karena televisi menanamkan gambaran
dunia yang kejam dan bahaya dalam diri kita.
c. Pengaruh dari televisi terbatas.
Gerbner
menggunakan analogi zaman es (ice age analogy) untuk membedakan analisis
kultivasi dari pendekatan dampak terbatas. Analogi zaman es adalah Posisi yang
menyatakan bahwa televisi tidak memiliki satu dampak besar, melainkan
mempengaruhi penonton melalui dampak-dampak yang berkelanjutan dan terbatas
Proses dan
produk analisis kultivasi
Analisis ini telah diterapkan pada berbagai isu dampak
dan pada situasi yang berbeda-beda. Para peneliti mengembangkan proses 4 tahap
yang berhubungan dengan teori ini.
a.
Analisis sistem pesan
Analisis isi
mendetail dari pemrograman isi televisi untuk menunjukkan presentasi gambar,
tema, nilai dan penggambaran yang paling sering berulang dan konsisten. misal,
analisis sistem pesan terhadap beberapa episode mengenai luka-luka tubuh dalam
suatu tayangan.
b. Formulasi pertanyaan mengenai realitas sosial penonton
Melibatkan
penyusunan pertanyaan mengenai pemahaman orang akan kehidupan sehari-hari
mereka. Misal, “didalam 1 minggu bagaimana kemungkinannya anda akan terlibat
dalam jenis kekerasan tertentu? Kira-kira 1 dari 10 atau 1 dari 100?”
c. Menyurvei khalayak
Pertanyaan-pertanyaan
pada tahap kedua diatas iberikan kepada anggota khalayak, Dan menanyakan para
penonton ini mengenai level konsunsi televisi mereka.
d. membandingkan realitas sosial dari penonton dari
penonton berat dan kelas ringan.
terdapat sebuah
prosentase peredaan diantara penonton kelas berat dan kelas ringan. Penonton
kelas berat adalah Adalah mereka yang paling sering menonton dari sekelompok
sampel orang yang di ukur. sedangkan penonton kelas ringan adalah Mereka yang
paling sedikit menonton.
2. Teori Kegunaan dan Gratifikasi
Teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang
pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori
ini meyakini bahwa individu sebagai mahluk supra-rasional dan sangat selektif.
Menurut para pendirinya, Elihu Katz;Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch
(dalam Jalaluddin Rakhmat, 1984), uses and gratifications meneliti asal mula
kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari
media massa atau sumber-sumber lain , yang membawa pada pola terpaan media yang
berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan
kebutuhan dan akibat-akibat lain.
Elihu Katz;Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch
(dalam Baran dan Davis, 2000) menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar
dari Uses and Gratification Media sebagai berikut:
a. Audiens adalah
aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan.
b. Inisiative yang menghubungkan antara kebutuhan
kepuasan dan pilihan media spesifik terletak di tangan audiens
c. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya
memuaskan kebutuhan audiens
d. Orang-orang mempunyai kesadaran-diri yang memadai
berkenaan penggunaan media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi
peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu.
e. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang
media spesifik atau isi harus dibentuk.
3. Teori Ekologi Media
Menurut Marshall McLuhan, media elektronik telah
mengubah masyarakat secara radikal. Masyarakat sangat bergantung pada teknologi
yang menggunakan media dan bahwa ketertiban sosial suatu masyarakat didasarkan
pada kemampuannya untuk menghadapi teknologi tersebut. Media membentuk dan
mengorganisasikan sebuah budaya. Ini yang disebut Teori Ekologi Media.
Teori ini memusatkan pada banyak jenis media dan
memandang media sebagai sebuah lingkungan. Menurut Lance Strate, ekologi media
adalah kajian mengenai lingkungan media, ide bahwa teknologi dan teknik, mode
(cara penyampaian), informasi, dan kode komunikasi memainkan peran utama dalam
kehidupan manusia.
Harold Innis menyebut kekuatan membentuk yang dimiliki
oleh teknologi terhadap masyarakat sebagai bias komunikasi. Orang menggunakan
media untuk memperoleh kekuasaan politik dan ekonomi dan karenanya mengubah
susunan sosial dari sebuah masyarakat. Media komunikasi memiliki bias yang
terdapat di dalam diri mereka untuk mengendalikan aliran ide di dalam sebuah
masyarakat.
Asumsi Teori Ekologi Media
a. Media melingkupi setiap tindakan di dalam masyarakat.
Kita tidak dapat
melarikan diri dari media. Bahkan McLuhan menyebut angka, permainan, dan uang
sebagai mediasi. Media-media ini mentransformasi masyarakat kita melalui
permainan yang dimainkan, radio yang didengarkan, atau TV yang ditonton. Pada
saat bersamaan, media bergantung pada masyarakat untuk “pertukaran dan
evolusi”.
b. Media memperbaiki persepsi kita dan mengorganisasikan
pengalaman kita
Kita secara
langsung dipengaruhi oleh media. Media cukup kuat dalam pandangan kita mengenai
dunia. Kita tanpa sadar termanipulasi oleh TV. Sikap dan pengalaman kita secara
langsung dipengaruhi oleh apa yang kita tonton di TV, dan sistem kepercayaan
kita dapat dipengaruhi secara negatif oleh TV. McLuhan mempersepsikan TV
sebagai hal yang memegang peranan penting dalam pengikisan nilai-nilai keluarga.
c. Media menyatukan seluruh dunia.
Media menghubungkan dunia. McLuhan
menggunakan istilah desa global (global village) untuk mendeskripsikan
bagaimana media mengikat dunia menjadi sebuah sistem politik, ekonomi, sosial,
dan budaya yang besar. Manusia tidak lagi dapat hidup dalam isolasi, melainkan
akan selalu terhubung oleh media elektronik yang bersifat instan dan
berkesinambungan. Media elektronik memiliki kemampuan untuk menjembatani
budaya-budaya yang tidak akan pernah berkomunikasi sebelum adanya koneksi ini.
Memahami Sejarah Media
a. Era Tribal
Zaman di mana
tradisi lisan dianut dan pendengaran merupakan indra yang sangat penting.
b. Era Melek Huruf
Zaman di mana
komunikasi tertulis berkembang pesat dan mata menjadi organ indra yang dominan.
c. Era Cetak
Zaman di mana
mendapatkan informasi melalui kata-kata tercetak merupakan hal yang biasa dan
penglihatan merupakan indra yang dominan.
d. Era Elektronik
Zaman di mana
media elektronik melingkupi semua indra kita dan memungkinkan orang-orang di
seluruh dunia terhubung.
Medium Adalah Pesan
Teori Ekologi Media dikenal karena slogan: medium
adalah pesan. Frase tersebut merujuk pada kekuatan dan pengaruh medium terhadap
masyarakat, bukan isi pesannya. Medium mampu mengubah bagaimana kita berpikir
mengenai orang lain, diri kita sendiri, dan dunia di sekeliling kita. Akan
tetapi McLuhan tidak mengesampingkan pentingnya isi. McLuhan merasa bahwa isi
mendapatkan perhatian lebih dari kita dibandingkan dengan yang didapat medium.
Walaupun sebuah pesan mempengaruhi keadaan sadar kita, medium lebih besar
mempengaruhi keadaan bawah sadar kita.
Memperkirakan
Temperatur: Media Panas & Media Dingin
Media panas adalah media komunikasi definisi tinggi
yang menuntut sedikit keterlibatan dari audiensnya. Makna pada dasarnya telah
disediakan. Contohnya adalah film, radio, kuliah, buku, dan foto digital.
Media dingin adalah media yang membutuhkan tingkat
partisipasi yang tinggi dan rendah definisi. Sedikit yang disediakan oleh
medium dan sangat banyak yang harus dilengkapi sendiri oleh audiens. Media
dingin mengharuskan khalayak untuk menciptakan makna melalui keterlibatan indra
yang tinggi dan imajinatif. Contohnya adalah kartun, percakapan, seminar,
telepon, dan TV.
Lingkaran
Telah Sempurna: Sebuah Tetrad
Dengan putranya, Eric McLuhan, McLuhan mengembangkan
sebuah cara untuk melihat lebih jauh ke dalam efek teknologi terhadap
masyarakat. Perluasan teorinya mencakup hukum media. Hukum media adalah
perluasan lebih jauh dari Teori Ekologi Media dengan fokus pada dampak
teknologi terhadap masyarakat.
Karya McLuhan dan putranya yang terakhir
mempertimbangkan dampak dari internet dan membawa teori ini pada suatu
lingkaran yang sempurna. Teknologi mempengaruhi komunikasi melalui teknologi
baru, dampak dari teknologi baru mempengaruhi masyarakat, dan perubahan dalam
masyarakat menyebabkan perubahan lebih jauh dalam teknologi. Mereka mengajukan
tetrad sebagai konsep organisasi yang memungkinkan para ilmuwan untuk memahami
dampak masa lalu, masa kini, dan terkini dari media. Mereka menawarkan empat
hukum media yang dikemukakan dalam bentuk pertanyaan:
a. Apakah yang ditingkatkan oleh media?
Peningkatan
(enhancement) adalah hukum yang menyatakan bahwa media menegaskan atau
memperkuat masyarakat. Contohnya, telepon meningkatkan kata-kata lisan yang
ditemukan dalam percakapan tatap muka. Radio memperkuat suara melampaui jarak.
TV memperkuat kata-kata dan gambar visual melampaui benua. Internet
meningkatkan beberapa fungsi indra sekaligus.
b. Apakah yang dibuat ketinggalan zaman oleh media?
Ketinggalan
zaman adalah hukum yang menyatakan bahwa media menyebabkan sesuatu menjadi
ketinggalan zaman. ContohnyaTV membuat radio ketinggalan zaman, walaupun banyak
dari kita terus mendengarkan radio saat berkendara di mobil.
c. Apakah yang diambil kembali oleh media?
Pengambilan
kembali adalah hukum yang menyatakan bahwa media menyelamatkan sesuatu yang
tadinya hilang. Contohnya, TV membawa kembali pentingnya unsur visual yang
tidak dapat dicapai oleh radio, tetapi yang dulunya ada di dalam percakapan
tatap muka.
d. Apakah yang diputarbalikkan oleh media?
Pemutarbalikan
adalah hukum yang menyatakan bahwa media akan menghasilkan atau menjadi sesuatu
yang lain jika didorong mencapai batasnya. Contohnya, keinginan publik untuk
memiliki akses terhadap hiburan dalam medium yang relatif murah mendorong
terciptanya drama dan program komedi.
Selain dari ketiga
teori tersebut, sebenarnya masih banyak teori tentang media yang karena
keterbatasan penulis sehingga tidak bisa disajikan satu persatu. Dari berbagai
pembahasan di atas, kita telah mengetahui bersama bagaimana pengaruh dan dampak
yang begitu besar terhadap masyarakat yang diakibatkan oleh keberadaan media.
Setelah kita ketahui
bersama bagaimana sebuah media memainkan perananya, maka selanjutnya perlu bagi
kita untuk mengetahui apa fungsi televisi dalam kaitanya dengan kehidupan
masyarakat? Nah, mari kita analisa untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Pembahasan
Fungsi Televisi
Televisi mempunyai manfaat dan unsur positif yang
berguna bagi pemirsanya, baik manfaat yang bersifat kognitif, afektif maupun
psikomotor. Namun tergantung pada acara yang ditayangkan televisi. Manfaat yang
bersifat kognitif adalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau informasi
dan keterampilan. Acara-acara yang bersifat kognitif di antaranya berita, dialog,
wawancara dan sebagainya. Manfaat yang kedua adalah manfaat afektif, yakni yang
berkaitan dengan sikap dan emosi. Acara-acara yang biasanya memunculkan manfaat
afektif ini adalah acara-acara yang mendorong pada pemirsa agar memiliki
kepekaan sosial, kepedulian sesama manusia dan sebagainya. Adapun manfaat yang
ketiga adalah manfaat yang bersifat psikomotor, yaitu berkaitan dengan tindakan
dan perilaku yang positif. Acara ini dapat kita lihat dari film, sinetron,
drama dan acara-acara yang lainnya dengan syarat semuanya itu tidak
bertentangan dengan norma-norma yang ada di Indonesia ataupun merusak akhlak
pada anak. Maka secara umum, fungsi televisi sama dengan fungsi media. Pendapat
mengenai fungsi televisi ini pun beragam. Akan tetapi secara umum ada lima
fungsi televisi yaitu sebagai alat informasi, media edukasi, fungsi kontrol
serta menjadi media penghubung antar geografis.
1. Alat Informasi
Makanan adalah kebutuhan manusia yang paling dicari
setiap makhluk yang hidup, termasuk manusia. Setiap orang baik anak-anak,
dewasa, orang tua, dan siapapun semuanya membututuhkan makanan. Demi memenuhi kebutuhaan perutnya, semua orang
rela bersusah payah sekuat tenaga hanya untuk mendapatkan sebuah makanan.
Bahkan tak hanya satu kali dalam sehari mereka membutuhkan makanan, akan tetapi
tiga kali dalam sehari manusia membutuhkanya. Begitulah gambaran informasi.
Kebutuhan manusia akan informasi telah menjadikannya layaknya sebuah makanan.
Bahkan ketika awal mula manusia bangun dari tidurnya, secara spontan informasi
pula yang muncul dalam benaknya untuk segera mengetahui jam berapa saat ia
terbangun. Sederhananya, kebutuhan manusia akan informasi setidak-tidaknya
informasi itu sampai kepada mereka dari mulut ke mulut. Hal ini sudah menjadi sebuah kebiasaan
manusia sebagai makhluk sosial.
Seperti
layaknya makanan tadi, terkadang seseorang tak akan puas hanya sarapan dengan
sepiring nasi dengan lauk tempe. Kadang mereka menginginkan adanya pelengkap
seperti sayur, susu, buah-buahan, bahkan terkadang bagi mereka yang terbiasa
berpola hidup glamour, tak akan sudi memakan makanan yang murah seperti di
angkringan misalnya, Bagi orang dengan
tingkat sosial dan pendidikan yang tinggi, kebutuhan dalam mendapatkan
informasi ini tentu berbeda dengan mereka yang hidupnmya pas-pasan. Ada orang
yang puas hanya mendapatkan informasi dari perkataan seseorang saja, ada juga
orang yang merasa hidupnya belum lengkap apabila belum membaca koran, update
berita di internet, ataupun menonton televisi.
Kehadiran televisi menjadi sangat penting sebagai
sarana hubungan interaksi antara yang satu dengan yang lain dalam berbagai hal
yang menyangkut perbedaan, dan persamaan persepsi tentang suatu isu yang
terjadi di belahan dunia ini. Dalam hal ini, massa kemudian menjadi objek dari
sebuah liputan di televisi. Informasi berkaitan dengan massa kemudian diolah
dalam proses olah data audio visual sebagai paket dari pengemasan informasi.
Kemudian ditransmisikan melalui sebuah pancaran digital yang diterima
masyarakat sebagai sumber informasi.
Sebagai alat informasi, dari segi keefektiffitasan
televisi tergolong media yang paling banyak peminatnya dibandingkan dengan
media yang lain. Ada beberapa hal yang menjadi keunikan televisi dibandingkan
dengan media yang lain yaitu: televisi tidak membutuhkan kemampuan membaca
seperti media cetak, tidak seperti film, televisi adalah gratis, tidak seperti
radio, televisi mengombinasikan gambar dan suara, tidak membutuhkan mobilitas,
seperti pergi ke bioskop misalnya, satu-satunya medium yang pernah diciptakan
yang tidak memiliki batasan usia artinya orang dapat menggunakan dalam
tahun-tahun awal dan akhir dari kehidupan mereka, dan juga tahun-tahun diantaranya.Inilah
kelebihan televisi dibanding dengan media yang lain.
Akan tetapi di dalam kelebihan itu pula terletak
kekurangan yang diakibatkan dari media televisi sebagai alat informasi ini.
Misalnya, menurunkan minat baca masyarakat, terbukti dengan adanya televisi disamping
harganya yang relativ murah masyarakat lebih suka menonton televisi daripada
membaca Koran ataupun browsing di internet; sebagai alat informasi, televisi
lebih banyak menyajikan program hiburan daripada informasi atau pendidikan;
televisi terkadang mencontohkan secara langsung hal-hal yang berkaitan dengan
kebudayaan yang terkadang berlawanan dengan kebudayaan Indonesia, akhirnya
stabilitas nasional pun semakin terancam.
2. Media Edukasi
Perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus
berubah dengan signifikan, merubah pola pikir
pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal
tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Jika dahulu
orang ingin mempelajari sebuah ilmu pengetahuan, seseorang akan mendatangi sang
guru dan menerima apa yang disampaikan oleh gurunya secara langsung. Berbeda
dengan konteks yang ada di jaman sekarang. Kehebatan media mampu mengambil alih
peran guru dalam dunia pendidikan. Hampir segala bidang terkait dengan keilmuan
bisa kita dapatkan dimana-mana melalui media, terlepas masalah penanggung jawab
keilmuan yang disampaikanya. Sehingga banyak upaya yang diusahakan dalam
peningkatan mutu pendidikan adalah pengembangan media pendidikan. Jadi, yang
dimaksud dengan media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan
dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan
siswa dalam proses pendidikan.
Julius Lende (2012) dalam artikelnya yang mengutip
dari Hamalik (1989) mengatakan ciri-ciri umum dari media pendidikan adalah
sebagai berikut:
a. Media pendidikan identik artinya dengan pengertian
keperagaan yang berasal dari kata “raga”, artinya suatu benda yang dapat
diraba, dilihat, didengar, dan yang dapat diamati melalui panca indera kita,
b. Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang
bisa dilihat dan didengar,
c. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan
komunikasi dalam pengajaran,
d. Media pendidikan adalah alat bantu mengajar, baik di
luar kelas
e. Berdasarkan (c) dan (d), maka pada dasarnya media
pendidikan merupakan suatu “perantara” (medium, media) dan digunakan dalam
rangka pendidikan,
f. Media pendidikan mengandung aspek; sebagai alat dan
sebagai teknik, yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar.
Dari uraian tentang ciri-ciri media pendidikan seperti
yang telah disebutkan di atas, maka dapat saya katakan bahwa Televisi merupakan
media pendidikan yang sangat modern dan sangat cocok dalam usaha peningkatan
mutu pendidikan.
Julius Lende (2012) dengan artikelnya yang mengutip
dari Hamalik (1989), nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai
berikut:
a. Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir,
oleh karena itu mengurangi “verbalisme”,
b. Memperbesar perhatian para siswa,
c. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan
belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap,
d. Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat
menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinou, hal
ini terutama dapat dalam gambar hidup
f. Membantu tumbuhnya pengertian, dengan demikian
membantu perkembangan kemampuan berbahasa,
g. Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah
diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang lebih
mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dengan demikian tolak ukur sudut pandang media
pendidikan terhadap tayangan di televisi dipandang sebagai salah satu media
pendidikan, dengan catatan apabila tayangan tersebut dapat memberikan informasi
yang berkualitas dan memiliki nilai pendidikan moral dan ilmu pengetahuan.
3. Kontrol Sosial
Dalam konteks televisi sebgai kontol sosial,
setidaknya televisi mempunyai sebuah fungsi sebagai gambaran kehidupan sosial
dalam suatu negara. Dalam hal ini maka televisi berperan sebagai minatur sebuah
negara. Melalui televisi itulah seseorang dapat mengetahui bagaimana sebuah
sistem kehidupan sosial itu diciptakan. Untuk lebih konkritnya, sebuah
kenyataan ini bisa kita lihat misalnya ketika kita membandingkan sebuah produk
film asli Indonesia dengan produk film yang diproduksi oleh negara lain, dari
situ kita bisa melihat perbedaan yang sangat menonjol. Faktor kemajuan sebuah
negara akan sangat terlihat dalam sebuah produksi perfileman. Contohnya saja
kita bisa membandingkan film yang hingga sekarang masih mendominasi kancah
layar kaca Indonesia adalah film yang berbau mistis, percintaan, hingga
pertikaian perebutan warisan. Hal ini akan sangat berbeda jika kita bandingkan
dengan produksi yang ada di negara yang lebih maju. India misalnya, sekitar
lima hingga sepuluh tahun yang lalu, hampir setiap film yang disajikan di India
ini mengangkat film yang bertemakan percintaan yang identik dengan
tarian-tarian khas masalnya. Tetapi di era saat ini, seiring dengan kemajuan
teknologi yang semakin pesat yang dialami oleh negara India, sekarang telah
diproduksi film yang lebih mengangkat kepada tema tekhnologi seperti film Ra
One misalnya. Itulah realita yang ada dalam layar kaca sebagai sebuah gambaran
tentang kondisi soasial sebuah negara.
Selain kita melihat dengan konteks di atas, peran
media dalam kaitan fungsinya sebagai kontrol sosial juga bisa kita lihat dengan
aspek yang lain. Sebagai media yang memungkinkan mudahnya teraksesnya
informasi, maka sangat memungkinkan adanya pertukaran informasi antar
masyarakat, etnis, ataupun segala macam kebudayaan. Sehingga secara social masyarakat dapat saling
memperhatikan satu sama lain demi terciptanya stabilitas social dalam sebuah
Negara. Bahkan seiring dengan teknologi pemancar televisi yang semakin canggih
hingga akses televisi seperti sekarang ini tak hanya kita nikmati dalam skala
nasional saja akan tetapi internasional. Denga demikian, pertukaran informasi
dalam lingkup internasional ini akan membawa dampak yang penting bagi
kelangsungan hubungan diplomasi antar negara. Sebagai fungsi ini, peran
televise tak dapat terelakkan. Misalnya adalah, ketika terjadi sebuah bencana,
maka secara spontan semua masyarakat akan tahu, bahkan hal itu akan sangat
memungkinkan untuk mendapatkan simpati dari Negara lain. Tentunya melalui
televise. Maka secara tanggap pula bantuan logistic untuk daerah yang tertimpa
musibah akan segera berdatangan dari negara-negara tetangga misalnya.
Selain itu, apabila kia menelaah lebih dalam, di dalam
konteks ini kita mengetahui bahwa fungsi kontrol sosial ini pun apabila kita
sesuaikan dengan falsafah ideologi bangsa Indonesia yang tertera pada
Pancasila, maka fungsi ini sangat sesuai dengan sila ke-5 dari pancasila yang
berbunyi, “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Bagi pemerintah, hal
ini juga tak kalah pentingnya. Sebagai pihak yang mengurusi kepentingan rakyat,
maka sebagai pemerintah yang baik tak akan ketinggalan informasi yang ada di
negaranya. Kemudian secara tanggap tugas-tugas yang seharusnya dilakukan oleh
pemerintah dapat terkonsep dn terlaksana dengan baik. Sebagai fungsi kontrol
sosial ini pula maka akan tercipta sebuah transparasi pemerintahan yang secara
terbuka sejak era reformasi ini seluruh lapisan masyarakat bisa mengetahui
jalanya pemerintahan sehingga melalui media pula kasus korupsi yang terjadi di
Indonesia ini satu per satu semakin terungkap.
4. Fungsi hiburan
Sekarang ini, Indonesia sedang dalam era pancaroba,
dimana ketika memasuki gerbang zaman globalisasi yaitu masa dimana segala
bidang kehidupan berada diambang tinggal landas seiring dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal ini tidak
mengecualikan kemajuan yang begitu pesat dalam berbagai bidang termasuk salah
satunya industri hiburan, apalagi hal ini salah satunya dipicu oleh ambisi
mengejar rating di hati masyarakat.
Tidak seperti zaman nenek moyang dahulu, masyarakat
kita sekarang ini disuguhi berbagai macam media hiburan dari panggung hiburan
hingga media yang lebih bersifat personal seperti televisi. Jika jaman dahulu
sebelum tiba masa trend televisi masyarakat lebih mencari kegiatan hiburan
secara langsung dengan pertunjukan misalnya seperti ketoprak, wayang dan lain
sebagainya, namun lain halnya dengan sekarang dimana masyarakat lebih
dimanjakan dengan media hiburan yang ada di televisi. Hadirnya televisi di
tengah hiruk pikuk kehidupan ini dapat membangkitkan gairah masyarakat mulai
dari perkotaan hingga pelosok-pelosok desa. Apalagi sekarang stasiun-stasiun televisi
swasta banyak bermunculan mewarnai layar kaca dengan suguhan-suguhan yang lebih
memanjakan pemirsa terutama dengan sajian hiburanya. Bahkan setiap pengelolanya
berebut “prime time “(waktu tayang terbaik) demi mendapat tempat spesial di
hati pemirsanya.
Memang hadirnya televisi pada sebuah rumah tangga
bukan menjadi kebutuhan mewah lagi. Hal ini terbukti bahwa yang dulunya
televisi hanya bisa dinikmati kaum elite saja, namun sekarang rakyat jelata pun
juga memiliki televisi. Jadi televisi merupakan media entertainment yang sudah
merakyat dan digandrungi berbagai kalangan. Fugsi media yang satu ini, hampir
semua masyarakat tahu bahwa televise berfungsi sebagai hiburan. Kenyataan ini
memang benar.bisa kita amati hamper di semua stasiun televise tak ada yang
meninggalkan sebuah program yang sifatnya hiburan. Bahkan sebuah acara berita
sebagai fungsi informasi saja sekarang telah banyak media yang membuat konsep
acara berita seperti komedi. Ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia lebih
menikmati keberadaan media sebagai media hiburan dibandingkan dengan fungsi
yang lain.
5. Media penghubung secara geografis
Dahulu, jika seseorang ingin pergi ke sebuah tempat
yang ia inginkan, maka ia harus menempuh suatu perjalanan dengan kaki maupun
dengan perjalanan kuda yang tak sedikit memakan waktu berhari-hari bahkan
mungkin hingga berbulan-bulan. Kenyataan yang telah berubah sedemikian cepatnya
seperti yang terjadi saat ini, untuk menempuh sebuah perjalanan dengan lingkup
yang luas sekalipun, bahkan ke seluruh penjuru dunia yang ia inginkan, hanya
dengan hitungan beberapa jam saja ia sudah sampai ke tempat tujuan tersebut
dengan fisik tubuh yang menyertainya. Apalagi sebuah komponen data yang sangat
lembut yang secara fisik tidak bisa kita lihat, seperti halnya sebuah sinyal
yang membawa informasi, dalam hitungan menit bahkan detik, informasi yang kita
kirimkan sudah bisa diketahui oleh pihak yang kita tuju. Inlah kecanggihan
teknologi yang semakin hari semakin pesat sehingga waktu yang lama terasa
semakin cepat, sebuah wilayah yang luas semakin terasa sempit. Segala pekerjaan
manusia semakin mudah untuk dilakukan. Semakin mudah untuk diselesaikan dengan
teknologi.
Marshall McLuhan dengan teorinya yang desebut sebagai
teori ekologi media membuat sebuah asumsi bahwa, media melingkupi setiap
tindakan di dalam masyarakat, media
memperbaiki persepsi kita dan mengorganisasikan pengalaman kita, media
menyatukan seluruh dunia, kemudian dikenal dengan istilah “desa global” yaitu sebuah
Pemikiran bahwa manusia tidak lagi dapat hidup dalam isolasi melainkan akan
selalu terhubung oleh media elektronik yang bersifat instan dan
berkesinambungan. Disinilah kemudian secara geografis sebuah dunia yang luas
akhirnya dengan perantaraan televise sebagai media penghubung menjadikan dunia
layaknya hanya sebuah lingkup kecil desa yang semua orang dapat mengakses
informasi ke seluruh penjuru dunia dengan televisi.
Penutup
Peran besar televisi sebagai media yang sangat
berpegaruh terhadap kehidupan masyarakat seharusnya selalu memperhatikan segala
aspek kepentingan yang sesui dengan peraturan yang telah ditetapkan.
Industrialisasi dalam sebuah media seharusnya jangan menjadi prioritas awal
dalam menempatkan tujuanya. Generasi bangsa seharusnya dipertahankan jangan
sampai mereka teracuni dengan hadirnya media.fungsi televisi yang seharusnya
harus segera dikembalikan sebagai hak masyarakat pengonsumsi media.
Hal itu terbukti bahwa, berbagai paket acara untuk
memanjakan pemirsanya mulai dari sinetron, film, tayangan berita maupun reality
show selalu ditampilkan eksklusif oleh pihak pengelola televisi. Disini, pihak
televisi menayangkannya hanya bertolak dari segi entertainment atau bahkan
hanya bertolak dari segi bisnis di dunia hiburan. Dari kesemuanya itu mereka
hanya berusaha menghadirkan hiburan-hiburan segar yang dapat menghilangkan
kepenatan setelah beraktivitas tanpa ada maksud untuk meracuni pemirsanya
dengan” black list” tayangan tersebut. Namun demikian, secara ekspisit maupun
inplinsit mereka tidak menyadari telah menyisipkan gambaran kekerasan,
kriminalitas, pornografi dan pornoaksi maupun western culture yang kadang
bertentangan dengan adat ketimuran yang selalu kita junjung. Titik-titik hitam
inilah yang terkadang lebih mudah mengendap di benak anak-anak. Contoh riilnya
dapat kita lihat dari kerentanan emosi anak-anak dalam penyelesaian masalah
dengan temannya seperti dalam kalimat, “Awas kalau macam-macam akan saya smack
down kamu!”. Mereka akan lebih memilih jalan kekerasan seperti gelagat
jagoan-jagoan yang beraksi di layar televisi seperti yang mereka tonton.
Sebagaimana hasil audio-visualisasi mereka akan melakukannya dalam kehidupan
nyata seperti kasus yang menimpa Raju-Armansyah pada 31Agustus 2005 lalu. Tak
ayal pula televisi sering dijadikan kambing hitam terhadap kasus-kasus seperti
ini
Disinilah,
saya mengetuk nurani pihak pengelola televisi agar turut sebagai penyukses
program mencerdarkan bangsa mengingat televisi tidak hanya sebagai media
hiburan namun juga sebagai media pendidik. Demi pencapaian hal itu, tentu saja
pengelola televisi bekerja sama dengan Komisi Penyiaran Indonesia dan Lembaga
Sensor untuk turut ambil bagian dalam memerangi racun mematikan televisi,
apalagi jika RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi benar akan disahkan, tidak salah
lagi filter noda hitam televisi di negara kita akan lebih solid karena telah
memiliki kaidah berpayung hukum yang jelas.
Oleh
karena itu, marilah kita manfaatkan momentum ini untuk bersama-sama memperbaiki
diri! Maka dari itu, akar permasalahannya bukanlah siapa yang berkuasa, siapa yang
salah dan harus mempertanggungjawabkannya, siapa mengatur siapa. Namun
permasalahannya adalah hal ini merupakan tanggung jawab semua pihak, apalagi
dengan Demokrasi Pancasila di Indonesia setiap kebebasan harus bertanggung
jawab. Maka dari itu, semua pihak harus segera melakukan koreksi terhadap
kesalahan itu. Berangkat dari hal ini, secara bersama-sama mari kita mengkaji
ulang tayangan di televisi dan mencari langkah terbaik untuk menyajikan
televisi yang bukan hanya sebagai sarana hiburan, melainkan juga sarat akan
misi mencerdaskan dan mencerahkan bangsa!
DAFTAR PUSTAKA
Biagi, Shirley. (2010).
Media/Impact. Pengantar Media Massa. Jakarta: Salemba Humanika.
Graeme, Barton. (2007).
Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar Kepada Kajian Televisi. Jalasutra.
Kuswandi, Wawan. (1996).
Komunikasi Massa: Sebuan Analisis Media Televisi. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Mufid, Muhammad. (2005).
Komunikasi Regulasi dan Penyiaran. Jakarta: Prenanda Media.
West, Richard dan Lynn H.
Turner.(2008). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi Edisi 3.
Jakarta: Salemba Humanika.
Anonim. (2010). Penjelasan 6
teori komunikasi. Artikel. Diakses dari: http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/penjelasan-6-teori-komunikasi/ pada tanggal 16 Mei 2012
Prakosa, Adi. (2007) Uses
& Gratification. Artikel. Diakses dari: http://adiprakosa.blogspot.com/2007/11/uses-gratification.html pada tanggal 16 Mei 2012
Anonim. (2007). Menjadikan
Televisi Sebagai Media Hiiburan-Edukasi yang Aman untuk dinikmati. Artikel.
Diakses dari: http://lydagama.wordpress.com/2007/12/29/menjadikan-televisi-sebagai-media-hiburan-edukasi-yang-aman-untuk-dinikmati/ pada tanggal 18 Mei 2012.
Lende, Julius. (2012).
Televisi. Artikel. Diakses dari: http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2012/04/17/televisi/ pada tanggan 18 Mei 2012
4 komentar:
maaf mas mau tanya, itu yang fungsi televisi ngambilnya dari buku yg mana ya? ijin untuk referensi mas :)
maaf mas maksud saya yg kelebihan televisi dibandingkan yg lain :)
BANDAR SBOBET Merupakan Tempat Buat DAFTAR SBOBET Yang Terpercaya Di seluruh Indonesia. Menyediakan Banyak Permainan :
Situs Bola Jalan
Parlay Bola Jalan
Situs Parlay 2 Tim
Judi Bola Resmi
Agen Bola SBOBET
Merkur-Piece Review - Expert Opinion of Merkur-Piece
Merkur-Piece Review - 샌즈카지노 Expert Opinion of Merkur-Piece 메리트 카지노 쿠폰 Merkur-Piece Safety Razor 카지노 - Find out if this is a worthy purchase from this seller.
Posting Komentar