BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam sejarahnya
kelahiran agama merupakan suatu jawaban atas suatu persoalan yang terjadi yang
lahir dari konstruk penghayatan suatu tokoh atau melalui integritas Wahyu, hal
ini bisa kita lihat pada agama-agama besar dunia, seperti Kristen, Islam, Hindu
dan Budha.
Namun menariknya dari
sekian agama besar itu, Budha memiliki ciri yang unik tersendiri, Ia tidak
lahir berdasar supremasi wahyu, tetapi
Ia lahir berdasar pengalaman serta proses penghayatan berfikir Budha Gautama dalam menjawab tantangan zaman
pada waktu itu. Sehingga kemudian agama ini memiliki keunikan yang tidak kita
jumpai dalam agama-agama lain, semisal kepercayaannya, dalam agama Budha
kepercayaan kepada Tuhan yang personal tidak berperan sama sekali.
Berbicara agama tidak
bisa terlepas dari bagaimana agama itu lahir serta persoalan apa yang sebenarnya
ingin dijawab oleh kelahiran agama itu, artinya sosio-historis dan kultur yang
ada pada masa itu tidak bisa kita abaikan begitu saja dalam upaya memahami
agama secara komprehensif. Nah, berdasarkan hal ini menjadi penting kiranya
agama Budha sebagai sebuah keunikan tersendiri untuk kita telisik bagaima
sejarah, perkembangan, pertumbuhan, pokok-pokok ajaran serta aliran-alirannya
dalam Agama itu, sehingga dengan adanya pemahaman yang demikian terwujudlah
suatu paradigm keilmuan yang didasarkan pada nilai-nilai yang lebih objektif.
B.
Rumusan Masalah
Untuk mempermudah
penulisan makalah ini, penulis membuat rumusan masalah guna membatasi pembahsan
dan lebih concern dalam satu pembahasan. Maka dari itu ada empat rumusan dalam
makalah ini. Diantaranya;
1. Bagaimana sejarah pertumbuhan agama budha?
2. Bagaimana proses perkembangan agama budha?
3. Apa saja pokok-pokok ajaran dalam agama budha?
4. Apa saja aliran-aliran dalam agama budha?
C. Tujuan Penulisan
Sebuah tulisan ataupun penelitian pasti mempunyai
tujuan yang ingin di capai. Tujuan dari sebuah penulisan adalah merupakan salah
satu alasan dari penelitian masalah yang di tulis atau diteliti.
Berdasarkan rumusan yang ada maka tujuan penulisan ini adalah ;
1.
Untuk
mengetahui sejarah pertumbuhan, perkembangan, pokok-pokok ajaran dan aliran
dalam agama budha
2.
Adapun
tujun secara khusus untuk memenuhi tugas mata Studi Agama kontemporer
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Pertumbuhan
Budha berasal dari keturunan keluarga
ksatria bangsa Cakya. Setelah ia lahir ia diberi nama Siddharta, yang artinya
orang yang tercapai tujuanya. Ia juga diberi nama Gautama, yaitu suatu nama
keluarga Budha adalah suatu gelar kehormatan keagamaan dan berarti yang bangun,
maksudnya ialah orang yang telah mendapatkan pandangan yang dalam tentang kelepasan.
Setelah ia menemui beberapa hal yang sulit, hal yang
tidak diknal, hal yang menarik perhatian, seperti berjumpa dengan orang sakit,
orang mati, melihat cacing dan ulat-ulat yang digilas oleh bajak sawah, semua
ini menyebabkan dia merenung kelahiran dan kemusnahan dari segala yang
diciptakan. Akhirnya di bawah pohon Bodhi, di mana ia merenung itu, maka
mulailah terbangun jiwanya. Pandangan yang dalam tentang perihal kelepasan
melintas dalam pikiranya.
Dengan perantaraan sejumlah meditasi dan pemusatan
pikiran ia mencapai apa yang disebut pengetahuan triganda selama tiga kali jaga
dalam satu malam itu juga. Ketika ia terjaga buat pertama kali ia mendapat
pengetahuan tentang bentuk-bentuk hidup purba, yang mengingatkan kita kita akan
pikiran umum yang lama di India, bahwa roh melalui satu lingkaran eksistensi.
Ketika ia terjaga buat yang kedua kalinya ia mendapat
pandangan yang luhur, yang memungkinkan padanya untuk dapat melihat sampai kealam
yang lebih tinggi. Dan ketika itu ia terjaga buat ketiga kalinya ia mendapat
pengetahuan tentang rangkaian sebab akibat.
Menurut suatu riwayat, peristiwa itu terjadi pada 531
SM. Dan waktu itu Siddharta sudah berusia 35 tahun. Jadi Budha ini bukan nama
orang melainkan nama gelar.
Beliau pergi kemana-mana mencari ilmu yang sempurna dan
bertapa, tetapi semuanya itu sia-sia belaka. Sebab tidak mendapatkan apa yang
dicapainya. Maka Siddharta kemudian mencari jalan sendiri. Di bawah pohon
Bodhi, Siddharta mendapat ilham, menerima petunjuk bagaimana orang bisa
melepaskan diri dari sasmara (sengsara penderitaan).
Peristiwa ini terjadi di Gaya, dan tempat ini kemudian
disebut Bodh Gaya. Sesudah itu Siddharta pergi ke Kaci, hendak menyebarkan
ilmunya. Khutbah pertama kali diadakan di taman Rusa di Benares. Tahun 480 SM.
(usia 80 tahun) Siddharta menderita sakit dan meninggal dunia di Kusinara.
Jenazahnya dibakar dengan upacara besar-besaran, abunya
dibagi-bagi menjadi 8 bagian dan ditempatkan dalam stupa istimewa yaitu kuburan
dan rumah-rumah kultus berbentuk kubah.
Maka terdapatlah empat kota yang hingga sekarang masih
dianggap suci oleh pemeluk-pemeluk agama Budha yaitu:
1.
Kapilawastu
(tempat asal Budha)
2.
Bodh-Gaya
(tempat menerima ilham)
3.
Benares/Kachi
(tempat mengajarkan ilmu)
4.
Kusinara
(tempat meninggal dunia)
Adapun Budha mempunyai beberapa sebutan dan
sebutan-sebutan itu bertalian erat dengan riwayat hidupnya yaitu:
1.
Budha
Gautama : yaitu orang yang menerima
Bodhi
2.
Siddharta : yaitu orang yang tercapai
tujuanya
3.
Cakyamuni : yaitu orang yang bijaksana dari
keturunan Cakya
4.
Tathagata : yaitu orang yang telah mencapai
kenyataan
5.
Yina : yaitu orang yang telah
mencapai kemenangan.
B. Perkembangan Agama Budha
Agama Budha berganti-ganti mengalami masa
maju dan surut. Sejak sang Budha Gutama pertama kali mengajarkan agama yang
dibawanya, beliau selalu mendapatkan hasil yang cemerlang. Banyak orang yang
mau mendengarkan pengajaranya dan mau menjadi pengikutnya. Budha mendapat hasil
besar dalam usaha menyebarkan agamanya, karena ia bertindak terhadap agama
Brahmana yang sedang merosot waktu itu.
Kemudian disusul pula oleh kemajuan yang diperoleh pada
waktu pemerintahan Kaisar Ashoka pada tahun 272 SM, hingga waktu itu agama
Budha dijadikan agama Negara. Putra raja sendiri Mahinda menjadi pengajar agama
dan dikirim ke sailan. Tahun 323 SM Raja Ashoka wafat.
Sesudah mengalami kemajuan yang pesat, yaitu antara
tahun 200 dan 800 maka tibalah masa surut selama 4 abad. Menjelang permulaan
kekuasaan Islam disekitar tahun 1200 agama Budha kehilangan pengaruh di India,
hingga dewaasa ini tinggal beberapa ratus ribu jumlah saja pengikut Budha di
India. Dan mereka tinggal sebagian besar di sailan.
Di negeri-negeri Asia yang lain masih terdapat penganut.
Berhubungan dengan banyaknya pengikut-pengikut Budha sejak dahulu kala dan karena kebijaksanaan yang memancar dari
pengajaranya, dapatlah Budha disebut sebagai sinar timur dari India.
Walaupun agama budha mengalami kemunduran dan kemusnahan
di negerinya yang asli, tetapi di luar India agama ini menjejakkan kakinya
dengan kuat hingga sekarang.
Pada abad kesatu masehi, para pengajar Budha mulai masuk
ke tiongkok. Abad keempat masehi agama Budha di Tiongkok sudah mendapat tempat
yang utama dan tersiar luas. Dari Tiongkok terus meluas ke Korea.
Pada pertengahan abad ke V M. Birma dibudhakan oleh
sailan. Setelah se abad kemudia Jepang dibudhakan oleh Korea, dan seterusnya
Muang Thai juga memeluk Budha.
Dahulu kala agama Budha tersiar juga di Indonesia.
Mula-mula Budha Hinayana, yakni pada permulaan zaman Hindu. Kemudian pada abad
ke VII M. agama Budha Mahayana masuk ke Sriwijaya dan pada abad ke VIII masuk
ke Jawa, yang menyebabkan timbulnya candi-candi Borobudur, Kalasan, dan Candi
Sewu. Candi-candi itu memang bentuknya tidak sama dengan bangunan-bangunan di
tempat asal Budha. Artinya agama Budha dipersatukan dengan Ciwaisme, juga
dengan kepercayaan-kepercayaan asli orang Indonesia, hingga timbul seorang dewa
yang bernama Ciwa Budha. Dan akhirnya sekarang sedikit sekali orang yang
beragama Budha.
Beberapa tahun yang lalu kebetulan pada masa Eropa orang
sedang giat menyelidiki alam fikiran dan agama Timur, agama Budha pun mulai
dikenal. Nilai-nilai pelajaran Gautama dengan halusnya jalan fikiran dan
cita-cita kedepanya memang berlainan dengan agama-agama yang biasa dianut di
Eropa barat. Karena itu banyak orang eropa dan kemudian orang Amerika yang
merasa tertarik mereka masuk agama Budha.
Agama Budha sebagai suatu aliran, sebagai satu agama
Dunia di samping agama-agama lain dan sebagai satu cara berfikir manusia dalam
percobaan hendak memecahkan soal hubungan antara makhluk dan yang Maha Gaib,
juga dijadikan suatu vak mata pelajaran dalam perguruan-perguruan tinggi di
Dunia.
C.
Pokok-Pokok
Ajaran Budha
Pokok-pokok ajaran Budha terdapat dalam tiga pokok “triratna”yaitu:
Budha, Dharma dan Sangha.
a.
Budha
Sebagaimana
telah dijelaskan sejarahnya pada baba pertama
b.
Dharma
Merupakan
pengakuan syahadad bagi orang Budha yang bunyinya:
“saya
berlindung diri di bawah Budha”
“Saya
berlindung diri di bawah Dharma”
“saya
berlindung diri di bawah Sangha”
Dharma atau kewajiban hidup, artinya wet
atau hukum bagi orang Budha. Ringkasnya termasuk apa yang dinamakan kenyataan
utama empat, dan dalam rantai/rangkaian dua belas. Dua hal inilah yang didapati
oleh Sang Cakyamuni di waktu ia duduk di bawah pohon Bodhi.
Kenyataan Utama
Empat Caryastyani atau biasa disebut kebenaran, ringkasnya mengandung hukum
sebagai berikut:
1.
Manusia
hidup pasti disertai penderitaan. Yang dianggap penderitaan yaitu kelahiran,
penyakit, umur tua, dan kematian.
2.
Yang
menyebabkan penderitaan adalah keinginan.
3.
Penderitaan
dapat dihilangkan dengan memadamkan keinginan dan dapat mencapai nirwana.
4.
Memadamkan
keinginan dan mencapai nirwana itu dapat tercapai dengan hidup melalui delapan
jalan, yaitu:
1)
Kepercayaan
yang benar
2)
Kehendak
dan angan-angan yang benar
3)
Perkataan
yang benar
4)
Tingkah
laku yang benar
(empat dari delapan
jalan ini untuk semua orang, dan selanjutnya dari nomor 5 s/d 8 khusus bagi
para rahib)
5)
Cara
hidup yang benar
6)
Semangat
yang benar dalam mempelajari undang-undang
7)
Minat
yang benar dalam mengingat undang-undang
8)
Bersemedi
yang benar
Orang yang patuh pada delapan jalan tersebut ada empat tingkat:
1)
Tingkat
mereka yang milau masuk agama Budha
2)
Tingkat
mereka yang akan lahir ke bumi sekali lagi
3)
Tingkat
mereka yang tidak akan lahir kembali
4)
Tingkat
arhat yang mencapai kelepasan sebagai manusia di dunia ini dan apabila mati
akan masuk langsung ke nirwana
Dalam buku Winaya, salah satu dari buku
tripitaka, tertulis beberapa hal yang yang diajarkan oleh Budha untuk mematikan
nafsu hidup artinya untuk berfikir hidup yang baik yang terkenal dengan nama
dasasila atau sepuluh larangan yaitu:
1)
Tidak
boleh membunuh
2)
Tidak
boleh mengambil sesuatu tanpa izin
3)
Tidak
boleh berzina
4)
Tidak
boleh makan atau minum yang memabukkan
5)
Tidak
boleh berbuat bohong
6)
Tidak
boleh melihat tontonan kesenangan seperti nyanyian, tarian, dsb.
7)
Tidak
boleh memakai karangan bunga, wangi-wangian, dan perhiasan di luar batas
8)
Tidak
boleh tidur di tempat tidur yang serba mewah
9)
Tidak
boleh makan kecuali dalam jangka waktu yang telah ditentukan
10) Tidak boleh menerima hadiah emas atau
perak
Sepuluh larangan tadi tidak boleh ditawar-tawar lagi
bagi seorang Bhiksu, tetapi orang biasa hanya meninggalkan larangan itu separo
saja yaitu dari nomor 1 s/d 5. Para rahib/Bhiksu kepalanya harus digundul dan
berpakaian kuning. Setiap hari mereka harus mencari makanannya dengan
meminta-minta dari rumah ke rumah, dan hanya untuk makan sekali sehari saja.
Mereka diam bersama-sama di biarara, masing-masing dalam sebuah bilik dan di
situ mereka bertafakur bersemedi untuk mencari tingkat Budha. Pada waktu yang
ditentukan mereka harus berpuasa (upawasa).
D.
Aliran dan Sekte Agama Budha
SANGHA KUMPUL
(MUKTAMAR l )
383:
lahir 2 kitab
1.
vinaya
pitaka : peraturan bagi para rahib atau bikhu
2.
Sutta
pitaka : ajaran budha kepada murid
Muncul perbedaan faham tentang tafsiran vinaya pitaka
(MUKHTAMAR ll)
283 SM: Upaya menyatukan faham
,tapi tidak bisa.
Pecah 2 golonngan
1.
STHAWIRAWADE
(jemaat para murid)
2.
MAHASANGGIKA
(anggota jemaat yang besar)
(MUKHTAMAR lll)
244 SM: Upaya menyatukan faham-faham yang berbeda di dukung Raja Asoka
(270-230 SM)
Yang semula sebelum benci budha
1.
persatuan
tetap tidak tercapai
2.
Muncul
kitab ABIDHAMMA PITAKA,Pengiriman dai-dai ke seluruh penjuru dunia
3.
Asoka
mendiikan kuil dan stuka untuk ibadat
(MUKHTAMAR lV)
1.
Yang
hadir hanya golonggan MAHASANGGIKA .
2.
tokoh
utamn ya Nagarjujana merubah bentuk golonggan ini dengan nama MAHAYANA ( kendaraan besar)
3.
Sthawirawade
musuh nya di namai HINAYANA
(Kendaraan
kecil)
Juga di kenal dengan THHERAVADA
atau gol yang igin memperthankan ajaran asli budha.
Aliran Hinayana/Theravada
1.
Aliran
yang mempertahankan keaslian ajaran Budha
2.
Tidak
mengerjakan peneyembahan tuahan terhadap tuhan,tapi melakasanakan ajaran moral
yang di ajarkan guru budha
3.
cita-cita
tertinggi adalah menjadi ARHAT yaitu orang yang sudah berhenti keninagginan
nya dan terbebas dari samsara sehinggan
mencapai nirwana
4.
Tujuan
hidup adalah mencapai NIRWANA yaitu kedaan tidak ada hidup lagi,tidak ada usia
tua ,tidak ada sakit atau keadaan derita atau kebebasan penderitaan.
5.
menitikberatkan
kelepasan individual bahwa tiap2 orang bersaha melepaskan diri nya
masing-masing dari penderitaan.
6.
Budha
di pandang sebagai orang suci.
7.
Tidak
mengenal dewa-dewa lokopala dan trimurti.
Aliran Mahayana
1.
Di
sebut kendaraan besar arti nya aliran yang mengadakan pembharuan terhadap
ajaran budha yang asli
2.
muncul
ajaran penyembahan kepada tuhan(hampir sama dengan paham kedewataan dalm hindu
dan tampak dalam kepercayaan india lama)
3.
konsepsi
ketuhana di pengaruhi aliran bhakti dan tentra,bhakti adalah penyembahan pribadi
berdasarkan kasih pada dewa yang di sembah yang di gambar kan dalam bentuk
manusia.
4.
Cita-cita
tertinggi adalah menjadi BODHISATWA yaitu hakikat nya/tabiat nya adalah bodhi
yang sempurna.
5.
Muncul
ajaran tentang adhi budha yaitu budha yang asli yang pertama yang sudah ada
yang pertam,ada karena ada diri sendiri ada tuhan yang maha esa.
Aliran Mahayana terbagi dalam 7 sekte yang berkembang
di Asia timur dan Asia tengah
1.
Whe
Shih berarti kesadaran.Mengajarkan bahwa dalam perwujudan alam luar hanya di dalam ingatan masyarakat,alam
luar hanya bersifat maya.
2.
Shan
Lun bahwa suatu alam luar adalah suatu realitas terbatas tidak memiliki
realitas yang penuh.
3.
Tien
Tai memiliki tiga konsep:A. Seluruh unsur dharama dan aku(ahamkara) itu
kekosonggan belaka yang di hasil kan
oleh hukum sebab akibat sehingga tidak menghasil kan siri kedirian,B.semuaya
hanyabersifat sementara ,C.karena kosong dan sementara,muncul watak hanya
pengertian-pengertian belaka.
4.
Huan
Yen berarti kalung bunga,bersal dari india utara ajaran nya:A.umum nya khusus
B.persamaan perbedaan C.persatuan kesatuan.
5.
Ching
Tu atau aliran sukawati
6.
Chan
7.
Chen
Yen
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Sejarah
pertumbuhan Agama Budha berawal dari perjalanan hidup seseorang dari keturunan keluarga ksatria bangsa Cakya
bernama Siddharta, yang artinya orang yang tercapai tujuanya. Ia juga diberi
nama Gautama, yaitu suatu nama keluarga Budha adalah suatu gelar kehormatan
keagamaan dan berarti yang bangun, maksudnya ialah orang yang telah mendapatkan
pandangan yang dalam tentang kelepasan. Ia melakukan proses perjalanan
spiritual meditasi yang akhirnya mencetuskan pikiran-pikiran pokok yang
kemudian dikembangkan menjadi agama Budha.
2.
Sejarah
perkembsngsn agama Budha mengalami kemajuan pesat antara lain di India,
Tiongkok, Korea, Indonesia, Jepang, Eropa Barat, bahkan agama ini juga sempat
mendmenjadi agama yang besar disamping agama-agama yang lain.
3.
Pokok-pokok ajaran Budha terdapat
dalam tiga pokok “triratna” yaitu:
Budha, Dharma dan Sangha.
4.
Terdapat
2 kelompok besar aliran dalam agama Budha yaitu Hinayana dan Mahayana.
DAFTAR PUSTAKA
1. Darajat, Zakiyah, Perbandingan Agama, Jakarta, Bumi Aksara, 1996.
2. Harono, Budi, The Truth of Nature: Tanya Jawab
dengan Bhikkhu Budhaisme, Pustaka Karaniyah, 2008.
3. Sutrisno, Muji,Budhisme: Pengaruhnya Dalam Abad
Mudern, Yogyakarta, Kanisius, 1993.
4. Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, Perbandingan
Agama, Jakarta, 1982.
0 komentar:
Posting Komentar